Selasa, 19 April 2011

Virus Cytomegalo

Virus Cytomegalo diketahui masih berteman dengan virus Herpes yang bersifat laten dalam tubuh manusia. Virus tersebut biasanya terdapat di kelenjar air liur, air seni, lendir leher rahim, sperma, air susu ibu dan darah. Penularan virus itu selain lewat berciuman, dapat pula melalui transplantasi organ, donor darah, persalinan dan juga oral seks.


Memang serangan virus ini tidak mematikan tapi belakangan virus ini bisa beredar dalam darah sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah koroner. Perlu diketahui, bahwa kehadiran kuman dan virus tertentu dapat mendorong terjadinya penyakit jantung koroner dan munculnya penyakit keletihan yang menahun (chronic fatigue syndrome).

Selain menimpa orang dewasa, infeksi virus Cytomegalo juga dapat menyerang anak yang masih ada di dalam kandungan. Jika ibu hamil mengidap virus itu, diduga anak yang dikandungnya dapat mengalami kerusakan otak dan akan lahir cacat. Oleh sebab itu, setiap ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah TORCH (kependekan dari 4 jenis penyakit yaitu Toxoplasma, Rubella atau campak, Cytomegalo virus itu sendiri dan Herpes). Keempat penyakit tersebut memang seringkali menyerang ibu yang sedang hamil.

Jika hasil pemeriksaan TORCH adalah positif, ibu hamil sebaiknya harus disembuhkan dulu dari penyakit tersebut karena nantinya bisa mengganggu anak yang akan dikandungnya. Setelah si ibu sembuh dari penyakitnya, maka si ibu dapat hamil dengan aman. Jika tidak, maka akan memungkinkan terjadinya keguguran, anak mati dalam kandungan, atau anak lahir cacat. Anak dalam kandungan yang ibunya mengidap penyakit-penyakit tersebut, terancam dapat mengalami kelainan jantung, tuli, ukuran kepala yang sangat besar (hydrocephalus), dan bentuk cacat lahir lainnya.


Pfeiffersches Drüsenfieber (PD) atau kissing desease atau dalam bahasa kedokterannya infeksi mononucleosis, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr. Penyakit ini mirip dengan flu, pilek, batuk berdahak, badan lemas, persendian terasa sakit dan demam; hanya saja lebih lama dibandingkan flu. Sejak awal terserang sampai sembuh total membutuhkan waktu 2-3 minggu (malah beberapa sumber mengatakan hingga 8 minggu). PD lebih banyak menyerang orang dewasa. Menurut data kedokteran lebih dari 95% orang dewasa berumur antara 15 – 35 tahun terserang PD. Hanya sebagian kecil terkena di rentang umur 4-15 tahun. Statistik juga menunjukkan sebagian besar penderita hanya akan menderita PD satu kali seumur hidup, walaupun tetap ada beberapa kasus yang menunjukkan pasien menderita lebih dari satu kali. Untuk kasus terakhir ini semakin sering terkena PD, maka kekebalan tubuh terhadap PD akan semakin rendah hingga membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh total.


Penyebaran

Virus ini sudah lama dikenal terutama di negara-negara eropa dan amerika. Untuk negara maju, saudaranya, virus Cytomegalo, lebih terkenal. Perbedaannya, Cytomegalo sudah ada obatnya tapi untuk EBV belum ada obatnya.

Gejala

Demam untuk 2 minggu pertama diikuti dengan sakit tengorokkan, badan lemas tak bertenaga (bisa hingga 1 bulan), sakit kepala dan otot, serta dalam beberapa kasus bisa terjadi pembesaran hati dan limpa.

Untuk anak kecil, kondisinya dapat kronis, yakni batuk, pilek (semua gejala flu) yang berlangsung lama dan tidak sembuh (1 bulan hingga tahunan).

Diagnosa

Dikarenakan gejala yang sangat mirip dengan flu menyebabkan PD sangat sulit di deteksi dan bisa menyebabkan kesalahan diagnosa. Selain waktu sakit yang lama, pemeriksaan darah bisa menujukkan secara pasti mengenai keberadaan EBV. Salah satu paramater pemeriksaan darah, EBVIGG1 akan menunjukkan nilai yang significant. Selain itu, karena keberadaan EBV, akan memicu peningkatan kadar darah putih. Dalam beberapa kasus kadar darah putih akan meningkat 40% dari normal pada minggu pertama dan 90% pada minggu ketiga. Tingginya kadar darah putih ini juga bisa menyebabkan pembengkakkan pada limpa.

Senin, 18 April 2011

KANKER PAYUDARA DALAM KEHAMILAN

Kanker payudara kadang ditemui pada wanita yang sedang hamil atau wanita yang baru melahirkan. Pada kondisi ini memang agak susah mendeteksi kanker payudara sejak dini. Karena pada saat itu payudara wanita yang sedang hamil atau menyusui lunak dan membesar.
Kanker payudara pada wanita hamil atau yang baru melahirkan biasanya terjadi pada wanita usia antara 32 tahun sampai 38 tahun, dan terjadi satu berbanding 3000 kehamilan.

Penanganan pada pasien kanker yang hamil, tergantung dari stadium kanker dan umur janin. Kebanyakan pada wanita hamil, penanganan kanker sama saja dengan pasien kanker payudara pada umumnya. Antara lain adalah dengan operasi. Jenis operasinya adalah:
- Simple mastectomy : yaitu mengangkat seluruh payudara yang mengandung kanker dan beberapa kelenjar getah bening dibawah ketiak biasanya juga diambil.
- Modified radical mastectomy : yaitu mengangkat seluruh payudara yang mengandung kanker, memerapa kelenjar getah bening dibawah ketiak, dan kadang bagian dari otot dada juga diambil.
- Lumpectomy : Mengangkat tumornya saja dan sedikit jaringan sekitarnya. Tapi kebanyakan dokter juga mengambil beberapa kelenjar getah bening dibawah ketiak.
- Partial mastectomy / Segmental mastectomy: Mengambil sebagian payudara yang mengandung kanker dan jaringan sekitarnya. Kelenjar getah bening dibawah ketiak juga diambil..
Setelah operasi, penanganan selanjutnya disebut adjuvant therapy yang terdiri dari terapi radiasi, chemotherapy dan hormone terapi. Yang tujuannya adalah untuk membunuh sel kanker yang mungkin masih tertinggal pada saat operasi.
Chemotherapy tidak boleh diberikan pada tiga bulan pertama kehamilan.Chemotherapy yang diberikan setelah itu, biasanya tidak membahayakan janin tetapi mungkin memyebabkan lahir premature atau berat bayi kurang.
Mengakhiri kehamilan biasanya bukan pilihan untuk penanganan pasien. Tapi ini juga tergantung dari stadium kanker, umur janin, dan peluang hidup ibunya. Apabila harus melakukan radiasi dan chemotherapy sedang usia janin tidak memungkinkan maka pilihannya bisa dengan mengakhiri kehamilan.
Sedang pada wanita menyusui, produksi susu oleh payudara dan menyusui harus dihentikan ketika dokter merencanakan untuk operasi atau chemotherapy.. Gunanya adalah untuk mengurangi darah yang masuk kepayudara sehingga payudara mengecil.Beberapa obat anti kanker ( obat chemotherapy ) khususnya cyclophosphamide dan methotrexate bisa ditemukan dalam level yang tinggi di dalam susu ibu sehingga dilarang untuk menyusui.
Pada ibu hamil, sel kanker tidak masuk ke janin melalui ibunya. Dan umumnya dokter merekomendasikan pada pasiennya agar tidak hamil selama 2 tahun setelah pengobatan kanker payudara. Agar apabila terjadi kekambuhan kanker bisa segera dideteksi.Tidak terdeteksi ada efeknya pada janin yang ibunya pernah terkena kanker payudara.
http://kankerpayudara.wordpress.com/2008/06/07/kanker-payudara-dan-kehamilan/

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita hamil menderita kanker payudara
Beberapa faktor resiko tersebut adalah:
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.
Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik).
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.
Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara
7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan.
Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
8. Obesitas pasca menopause.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
9. Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
12. Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
13. Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
GEJALA
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit.
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Benjolan atau massa di ketiak
- Perubahan ukuran atau bentuk payudara
- Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
- Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
- Payudara tampak kemerahan
- Kulit di sekitar puting susu bersisik
- Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
- Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Penyaringan
Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk melakukan penyaringan.
Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
2. Mammografi.
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.
3. USG payudara.
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.
4. Termografi.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.

Minggu, 17 April 2011

PROPOSAL PENELITIAN


GAMBARAN STATUS KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR
PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI POSYANDU
MUSTIKA KELURAHAN KETAPANG
PERIODE TAHUN 2008-2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Depkes RI, 2009).
Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkannya adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.(Depkes RI, 2005).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang (WHO, 2007).
PROPOSAL PENELITIAN


HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERSALINAN DENGAN TENAGA KESEHATAN DI DESA PELANGSIAN
TAHUN 2010
Kebijakan kependudukan di Indonesia (UU No. 10 Tahun 1992) diarahkan pada pembangunan penduduk sebagai sumber daya manusia yang merupakan kekuatan pembangunan bangsa yang efektif dalam rangka mewujudkan kehidupan keluarga dan masyarakat yang berkualitas. Sebagai upaya strategis mewujudkan keluarga berkualitas adalah usaha pemeliharaan kesehatan ibu dan anak yang salah satu tujuannya adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2009 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. (SDKI, 2007)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
1. Pendidikan
a. Pengertian
Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap, pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam alinea IV, pembukaan UUD 1945. Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Depkes RI, 2001)
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan sepanjang hidup dan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. (Mudyaharjo, 2008)
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan merupakan mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan. (Soekidjo, 2003)
Berdasarkan dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. (Fuad, 2005)
Garis-garis Besar Haluan Negara 1973 menyebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untukmengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan tidak hanya di pandang sebagai usaha pemberian informasi akan tetapi pendidikan mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. (Fuad, 2005)

b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
(http://jobschool09.blogspot.com, 2009)
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kegiatan belajar dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan, menanamkan konsep dan keterampilan. (Tamsuri, 2007)
Dalam konteks pendidikan nasional, dalam rangka meningkatkan pembangunan manusia yang berkualitas oleh karena itu pendidikan di kelompokkan sesuai dengan sifat dan tujuannya dalam sistem pendidikan nasional diantaranya adalah pendidikan sekolah. Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa. (Fuad, 2005)
Dari uraian dan pengertian pendidikan di atas disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menjadi dewasa. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan berkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan, dan pendidikan keagamaan. Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di samping jenjang pendidikan itu dapat diadakan pendidikan prasekolah, yang tidak merupakan persyaratan untuk memasuki pendidikan dasar.

Bagan 2.1 Jenjang pendidikan formal










Sumber: Mudyaharjo, 2008
Pendidikan dilaksanakan dalam lembaga pendidikan dengan menggunakan penjenjangan yang terdiri dari:
1) Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Taman kanak-kanak merupakan pendidikan prasekolah yang mempunyai masa program belajar paling lama tiga tahun, menjelang anak berumur 7 tahun dan merupakan satu kesatuan. Pertumbuhan dasar seorang anak selama berumur pra sekolah (1–6 tahun) menentukan perkembangan lebih lanjut.
Sekolah dasar sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa program belajar selama 6 tahun.
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberi bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun masyarakat. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan pendidikan biasa ataupun pedidikan luar biasa.

2) Pendidikan menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun.
Pendidikan menengah terdiri dari sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan, sekolah menengah umum diselenggarakan dengan masa program belajar 3 tahun. Sekolah menengah umum terdiri dari sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) dan sekolah menengah tingkat atas (SMTA). Khusus di SMTA menginjak tahun ke-2 diadakan penjurusan.
Sekolah menengah kejuruan diselenggarakan dengan masa belajar 3 tahun, jenjang ini terdiri dari sekolah menengah kejuruan tingkat pertama (SMKTP) dan sekolah menengah tingkat atas (SMTA).
3) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mepersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam konteks pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Pendidikan tinggi mempunyai tujuan majemuk, dalam rangka kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam, dan menampung calon mahasiswa yang minat dan kemampuannya berbeda-beda karena itu perguruan tinggi di Indonesia disusun dalam struktur multi strata.
Dalam rangka memelihara keseimbangan antara kualitas dan bahan studi antara jenis dan jenjang program diberbagai lembaga pendidikan tinggi dan antar program. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi mencakup jalur akademik (Sarjana, Magester, dan Doktor), maupun jalur profesional yang mempunyai jenjang diploma (D1, D2, D3. dan D4). (Fuad, 2005)
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingatkan kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan indrawi. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah sesorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Soekidjo, 2003)
Menurut WHO yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu disebabkan oleh faktor pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. (Soekidjo, 2007)
Menurut Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:
1) Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).
2) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
3) Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
Terbentuknya suatu prilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya. Sehingga menimbulkan pengetahua baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya. Dengan pengetahuan seseorang dapat mengingat kembali tentang sesuatu yang dipelajari sebelumnya, sehingga dapat memperbaiki tindakan yang akan dilakukan.
Menurut (Arikunto, 1998) mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi 4 tingkatan:
1) Tingkatan pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%
2) Tingkatan pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%
3) Tingkatan pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55%
4) Tingkatan pengetahuan buruk bila skor atau nilai <40%. (http://ajangberkarya.wordpress.com, 2008) b. Tingkatan pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan , yakni: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mennggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsif, dan sebagainya dalam konteks atau stuasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dalam menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria. Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penilaian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Soekidjo, 2003) c. Metode memperoleh pengetahuan Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami sesuatu, umumnya manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh pengetahuan. Secara garis besar, ada empat metode untuk memperoleh pengetahuan. Keempat metode ini biasanya disebut sebagai metode memperoleh pengetahuan atau method of knowing, yaitu: 1) Tenacity Cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan sangat meyakini sesuatu, meski biasa jadi apa yang diyakini belum tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut belum terjadi. 2) Authority Metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan pada pihak yang dianggap kompeten 3) A priory Metode memperoleh pengetahuan dengan menitik beratkan pada kemampuan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa pertimbangan informasi pada pihak luar. 4) Science Memperoleh pengetahuan dengan melakukan serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian dugaan, pengontrolan variabel, hingga atas pengetahuan yang diperoleh. Hal ini karena pada sciene telah dilakukan serangkaian uji coba sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan pada ketiga metode sebelumnya. d. Kedudukan pengetahuan dalam prilaku Terbentuknya perubahan prilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan. Oleh sebab itu, perubahan prilaku dan proses belajar sangat erat kaitannya. Dimana perubahan prilaku adalah hasil dari proses belajar. Menurut Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu: 1) Awareness (kesadaran) Apabila ada stimulus pada seseorang (baik informasi, stuasi yang tidak menyenangkan, dan sebagainya), stimulus itu akan diterima melalui pancaindra sehingga menimbulkan kesan atau kesadaran pada diri individu. Pada tahap ini, manusia berada pada situasi sadar tehadap keberadaan sesuatu. Dalam arti orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dahulu 2) Interest (minat) Kesadaran yang timbul pada diri individu dapat meningkat menjadi ketertarikan untuk mengetahui suatu informasi atau situasi lebih lanjut. Ketertarikan ini dapat distimulasi atau ditingkatkan melalui penyampaian informasi secara terus menerus dan dengan mengupayakan kesesuaian situasi atau informasi dengan minat dan kebutuhan individu. Keterkaitan akan semakin besar bila informasi atau situasi relevan dengan kebutuhan. 3) Evaluation (evaluasi) Setelah stimulus mengambil perhatian individu, individu akan menilai informasi yang diperolehnya. Pertimbangan ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya, nilai dan keyakinan, lingkungan, serta nilai informasi itu sendiri. Dalam arti individu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial (uji coba) Setelah informasi dinilai sebagai sesuatu yang baik, berguna, atau penting, individu kemudian akan menguji coba perilaku tersebut untuk membuktikan kebenaran, kebaikan, atau relevansi perilaku tersebut bagi dirinya. 5) Adoption (adopsi) Apabila individu mendapatkan pengalaman positif atau manfaat dari perilaku yang baru, individu akan berusaha menginternalisasi nilai tersebut dan mempertahankan perilaku tekait serta mengadopsinya menjadi perilakunya. Sebaliknya, bila perilaku baru tersebut dirasa tidak memberi manfaat atau merugikan dirinya, perilaku baru tersebut akan ditinggalkannya. Subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. (Tamsuri, 2007) 3. Penolong persalinan a. Pengertian Penolong persalinan adalah tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan pembantu bidan, dan perawat bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak terlatih). (http://honey72.wordpress.com, 2010) Bidan merupakan salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Dalam menjalankan praktek profesionalnya wewenang bidan di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu. (Depkes RI, 2001) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas. (http://jhonrido.wordpress.com, 2009) b. Faktor prediktor perilaku pemilihan penolong persalinan Selain faktor pendidikan ibu hamil faktor-faktor berikut juga berpengaruh terhadap ibu bersalin dalam memlih penolong persalinan, antara lain: 1) Usia ibu Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua (<20 tahun dan >35) tahun merupakan salah satu faktor prediktor pemilihan penolong persalinan, ibu yang usianya terlalu muda keadaan tubuhnya belum siap menghadapi persalinan apalagi kehamilan yang pertama sehingga untuk mengambil keputusan siapa penolong persalinan nantinya tidak begitu diperhatikan. Sedangkan di atas 35 tahun dengan usia yang relatif tua mengakibatkan ibu cendrung memilih persalinan dirumah dengan dukun bayi dari pada ke klinik bersalin.
2) Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan
Menurut Nasrin (2001) salah satu penyebab keterlambatan ibu bersalin untuk mendapatkan pelayanan yang tepat adalah akibat jarak yang tidak terjangkau. Jarak terlampau jauh dan tidak tersedianya sarana transportasi menyebabkan ibu hamil memilih persalinan di rumah dengan bantuan dukun, sehingga apabila mengalami komplikasi saat persalinan tidak segera mendapatkan pertolongan yang memadai. Hal ini sering menyebabkan kematian ibu dan bayi.


3) Pendidikan
Pendidikan ibu juga merupakan faktor prediktor pemilihan persalinan. Di mana pendidikan merupakan cara memperoleh pengetahuan dan berpengaruh dalam prilaku seseorang. Seperti halnya dalam pemilihan pertolongan persalinan apabila ibu hamil memiliki pengetahuan dan informasi yang luas tentang bahaya persalinan, maka ibu tersebut akan berpikir secara real untuk melahirkan dengan tenaga kesehatan dengan mempertimbangkan bahaya yang terjadi bila terjadi kegawatdaruratan dan begitu juga sebaliknya untuk ibu yang memiliki pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pengetahuannya.
4) Pendapatan keluarga
Berdasarkan laporan akhir UNICEF Juli 1999 hampir 24% dari seluruh penduduk Indonesia atau hampir 50 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. Enam puluh persen dari ibu hamil kekurangan zat besi/anemia. Hal ini menunjukkan sebagian besar pendapatan penduduk Indonesia masih rendah. Sehingga mengurangi akses keperawatan kesehatan, karena pada masyarakat miskin pedesaan rata-rata pengeluaran per harinya kurang dari Rp.5000,00. Kondisi ini berpengaruh terhadap pemilihan pertolongan persalinan yaitu persalinan yang ditolong oleh NAKES sebesar 38,5% tahun 1992 dan 43,2% tahun 1997. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar persalinan masih ditolong dukun bayi (Dursin, 2000)

5) Biaya persalinan
Mahalnya biaya persalinan dan alasan kenyamanan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sebagian besar ibu hamil lebih memilih melahirkan dirumah dengan pertolongan dukun dibandingkan pertolongan oleh Tenaga Kesehatan.
6) Pengambilan keputusan kolektif dalam keluarga
Pada kenyataannya banyak kasus ibu melahirkan sering disebabkan oleh keterlambatan suami dalam mengambil keputusan rujukan kepelayanan kesehatan. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa peran suami sangat dominan dalam penngambilan keputusan, sehingga pengaruh terhadap akses dan kontrol terhadap sumber daya yang ada. Dengan demikian ibu hamil perlu mempunyai keberanian dan rasa percaya diri untuk berpendapat menentukan penolong persalinan professional yang diinginkan (Susana, 2000; Mercy, 2003)
7) Keberhasilan pertolongan persalinan sebelumnya
Menurut dinas kesehatan (1999) dan Djaswadi, dkk (2000) selain faktor usia, ibu hamil yang pertama kali dan ibu yang telah hamil lebih dari tiga kali mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi bila mengalami komplikasi obstetric. Menurut Read (1959) dan Hudono (1979), ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan yang seharusnya tanpa rasa nyeri. Akibat rasa takut dapat mempunyai pengaruh terhadap lancarnya his dan pembukaan. Hal ini biasanya dialami oleh wanita yang mempunyai pengalaman tidak menyenangkan dalam kehamilan sebelumnya. Dengan demikian urutan kelahiran keberhasilan persalinan sebelumnya sangat berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan pada anak berikutnya. Oleh sebab itu untuk kehamilan yang berisiko besar disarankan agar ditangani oleh NAKES yang profesional dengan peralatan yang lebih lengkap.
c. Bentuk pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan atau bidan merupakan pelayanan yang berdasarkan standar. Menurut standar pelayanan kebidanan, bahwa bentuk pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan) meliputi:
1) Standar asuhan persalinan kala satu
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama persalinan berlangsung. Bidan juga melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.
2) Standar asuhan persalinan kala dua yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Di samping itu, ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan.
3) Standar penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan kala tiga, dan mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta. Di mana bidan secara rutin melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga.
4) Standar asuhan persalinan kala empat
Asuhan persalinan kala empat atau penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan. Dimana bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. (Depkes RI. 2001)
4. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan
Makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyrakat dan kebudayaan. Di mana pendidikan merupakan behavioral investment atau jangka panjang yang dapat dilihat beberapa tahun kemudian yang menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat.
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Di mana pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa. Dari uraian dan pengertian pendidikan di atas disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menjadi dewasa.
Pendidikan tidak hanya sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukkan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu, sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pengetahuan atau kognitif menurut Notoatmojo (1997) mencakup semua tingkatan yaitu; tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkatan dalam pengetahuan ini akan memberi gambaran sejauhmana tingkat pengetahuan masyarakat tersebut. Suatu pengetahuan yang kita peroleh berasal dari pendidikan formal maupun nonformal, serta dari pengalaman itu sendiri.
John Dewey (1997) bahwa melalui pendidikan seseorang akan mempunyai kecakapan, mental dan emosional yang membantu seseorang untuk dapat berkembang mencapai tingkat kedewasaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin bertambah pula kecakapannya, baik secara intelektual maupun emosional serta semakin berkembang pula pola pikir yang dimilikinya. Tersebut, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pola pikir dan kemampuannya menerima informasi baru, sehingga semakin banyak pengetahuan yang diperolehnya.
B. Kerangka teori
Pengetahuan atau knowledge merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Menurut Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. (Fuad, 2005)
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Dalam hal ini tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan pertolongan persalinan, faktor lainnya yang juga berpengaruh terhadap pemilihan pertolongan persalinan adalah pengetahuan ibu tentang resiko kehamilan dan persalinan, sikap terhadap ANC, jarak kepelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, biaya persalinan, dan pengambilan keputusan kolektif dari keluarga.
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan pembantu bidan, dan perawat bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak terlatih). Petugas kesehatan seperti bidan dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Berbagai macam faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan pendidikan, usia ibu hamil, jarak tempat tinggal kepelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, biaya, pengambilan keputusan yang kolektif, dan keberhasilan pertolongan persalinan sebelumnya.








Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan kerangka teoritis berikut ini:
Bagan kerangka teori 2.2





















C. Kerangka konsep
Bagan 2.3 Kerangka konseptual








Variabel X Variabel Y

D. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan dengan tenaga kesehatan.
Ha : Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan dengan tenaga kesehatan.
MENOPAUSE

A. Menopouse
Menopouse adalah berakhirnya kesuburan pada wanita dan pengeluaran sel telur pun akan berakhir dan itu bererti wanita tersebut tidak lagi dapat menghasilkan keturunan.apapun pendapat yang muncul mengenai hal ini,masalah menepouse memiliki dampak psikologos yang perlu di pahami,untuk menjaga kesejahteraan hidup manusia.
B. Gejala-gejala pada menepouse
Bahwasanya gejala-gejala khasnya seperti gejolak panas,jantung berdebar,pusing,mudah pingsan,sukar tidur,kulit keriput,libido menurun,keringatan berlebihan,kebingungan rasa cemas,stres dan tidak bias menahan air seni. Sedangkan tahap menepouse pada setiap wanita memang tidak dapat di cegah.
Masing-masing wanita memiliki gejala-gejala yang berbeda dalam menghadapi tahap menopause, hal itu dipengaruhi oleh ;
• Kepribadian
• Budaya
• Pendidikan
• Kehidupan yang penuh stress
• Pola hidup(merokok,alcohol,kafein,olah raga)
• Situasi :kecemasan terhadap perilaku seksual pasanagan
• Emphtness syndrome
• Mengalami kehilangan peran reproduksi
• Di tinggal anak-anak telah bernjak dewasa
• Suami atau keluarga yang kurang menaruh perhatian
D Makanan–makanan yang di kosumsi
Makanan yang baik untuk dikonsumsi wanita pada tahap menopause :
1. Kacang merah
2. Kacang kedelai
3. Papaya
4. bengkoang
makanan buah-buahan ini dapat membantu menyimbangkan kadar hormone estrogen dalam tubuh sehingga penyaki seperti esteoporosis,jantung koroner ,strok,dan lain-lain bisa di hindari,sehingga dapat memberikan kehidupan kesejahteraan dalam masyarakat serta keluarga
E. Memperhatikan kesehatan
1. menerapkan perilaku hidup sehat
2. melakukan diet ( menghindari makanan yang berlemak, tinggi kolesterol, kurang serat, tinggi kadar gula )
3. mengembangkan hobby
4. melakukan olah raga ringan
5. konseling
6. cultural ( mennghindari budaya-budaya di masyarakat yang merugikan kesehatan )
7. religi (melakuka aktivitas keagamaan sesuai kepercayaan untuk menjaga kesehatan mental dan spiritual.
F.Ringkasan
Setiap wanita terhadap usia menepouse tergantung pada kepribadian dan gaya hidup wanita tersebut.Menjadi tua seringkali amat traumatis bagi seorang wanita,karena menjadi tak cantik,menjadi jelek sehingga ada kekhawatiran kehilangan suami.merasa menjadi wanita yang tak berguna,lalu acapkali di hinggapi sindroma “sarang kosong”(empity next syndrome)menepouse dipandang sebagai suatu beban dan awal hilangnya kewanitaan.menjadi tua di artikan pula mendekati kematian.walaupun masih banyak keraguan dan kontrovesi disekitar penyebab pokok munculnya stresspada masa menepouse satu hal sudah jelas:bahwa sikap wanita yang bersangkutan terhadap hidup pada usia lanjut yang paling menentukan sikap yang positif.yang memandang usia lanjut justrusebagai berkah yang pantas di nikmati dan bahwa menepouse merupakan sesuatuyang wajar dan normal,akan menyebabkan wanita itu memiliki ketehanan mental tinggi menghadapi berbagai gejolak.dalam hal ini bantuan suaminya akan banyak manfaatnya.
G. Saran
Menjaga agar hidup di hari tua dapat berlangsung sejahtera sehingga .dalam keluarga saling memberikan dan menerima kasih sayang serta cinta dalam berbagai ungkapan untuk membahagiakan kehidupan sehari-hari.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MENOPAUSE

I. IDENTIFIKASI MASALAH
Kehadiran masa menoupouse pada wanita dalam kehidupan wanita psikologis yang perlu di pahami untuk menjaga kesejahteraan hidup manusia fisik dan hormonal, individu yang memasuki masa menepouse juga mengalami transisisi atau krisis dalam kehidupannya baik dalam kehidupannya baik dalampekerjaan,rumah tangga,hubunga social,dan lain-lain yang semuanya dapat menimbulkan pemicu stress.pada semua lapisan masyarakat sehingga semua wanita menoupouse untu mendapatkan pemahaman yang benar konseling psikologis.hal ini di perlukan agar kehidupannya di hari tua berlangsung sejahtera dan bahagia
II. PENGANTAR
Bidang Studi : Komunitas
Topik : Menoupouse
Subtopik : Perubahan fisiologi menopouse
Sasaran : lansia
Jam : 10.00 WIB
Hari/tanggal : Selasa, 27 Mei 2010
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ketua RT 3

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pada lansia agar dapat memahami tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dalam keluarga dan masyarakat.

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan, lansia dapat menjelaskan kembali:
1. Menopouse
2. Gejala-gejala pada lansia
3. Factor-factor mempengaruhi
4. Makanan-makanan yang di kosumsi
5. Ringksan
6. Saran

V. MATERI
Terlampir

VI. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
3. Lembar Balik

VII. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya Jawab

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1.




2.










3.


4. 3 menit




15 menit










7 menit


5 menit Pembukaan:
a. Memberi salam
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan
c. Menyebutkan materi / pokok bahasan yang akan disampaikan



Pelaksanaan:
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur
Materi:
1. Menopause
2. Gejala-gejala pada lansia
3. Factor-faktor yang mempengaruhi meopouse
4. Makanan-makanan yang di kosumsi
5. Ringkasan
6. Saran
Evaluasi:
Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya
Penutup:
Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatikan


Menyimak dan memperhatikan materi yang disampaikan








Merespon dan bertanya

Menjawab salam

IX. EVALUASI
Metode evaluasi : Tanya jawab
Jenis pertanyaan : lisan

1) Apa pengertian dari menopause?
Jawab :
Pengertian dari menopause tidak lagi terjadinya mensurasi,dan tidak dapat lagi menghasilkan keturunan.
2) Apa-apa saja makanan yang di konsumsi buat ibu menopause?
 Sayur-sayuran hijau
 Kacang kedelai
 Kacang merah
 Makanan rendah lemak

DAFTAR PUSTAKA
- Ibrahim, DR. Zakaria.2002. Psikologi Wanita . Jakarta : PH
- Morales A, et al. 2002. Menopause : A Misnomer For A True Clinical Entity. Jakarta : BA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya agi seseorang.
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih focus diberikan kepada anak-anak karena system kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa ,sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Laporan ini dibuat guna memenuhi persyaratan dari penyelesaian tugas praktek Kebidanan Komunitas
b. Agar para pembaca mengetahui tentang hal-hal yang terkait tentang imunisasi
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa bisa memahami materi tentang imunisasi.
b. Agar mahasiswa bisa memberikan pengetahuan tentang imunisasi

C. Sasaran
1. Bayi
2. Balita
3. Anak


BAB II
PENGKAJIAN KELUARGA

A. Analisa Data
Anak memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keluarga dan bangsa.Setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan memiliki kesehatan yang baik sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Pemberian imunisasi untuk bayi ,balita, dan anak sangat penting karena untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya terhadap suatu penyakit,juga untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian.

B. Prioritas Masalah
Permasalahan yang muncul dari pembahasan mengenai imunisasi ini yaitu masih kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi terutama pada ibu-ibu yang dengan pendidikan rendah, mereka menganggap imunisasi hanya akan merugikan anaknya,karena menurut mereka anaknya akan sakit setelah anak mereka di imunisasi.

C. Daftar Masalah
Adapun masalah-masalah yang timbul berdasarkan prioritas masalah tersebut adalah :
1. Ketidaktahuan ibu tentang imunisasi
Hal ini menyebabkan ibu untuk malas membawa anaknya untuk diimunisasi karena ibu kurang mengetahui tentang imunisasi dan bagaimana pentingnya imunisasi terhadap anaknya.
2. Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ibu yang rendah menjadi salah satu daftar masalah disini karena kebanyakan ibu memiliki tingkat pendidikan rendah yang menyebabkan mereka kurang memahami tentang imunisasi.

Sistematika pembuatan Karya Tulis Ilmiah

HALAMAN JUDUL.................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................
ABSTRACT...............................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................
DAFTAR ISI............................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................
DAFTAR BAGAN...................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................
BAB I PENDAHULUAN
         1.1 Latar belakang masalah
         1.2 Rumusan masalah
         1.3 Tujuan penelitian
         1.4 Ruang lingkup peneleitian
         1.5 Manfaat penelitian
         1.6 Keaslian penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
         2.1 Landasan teori
         2.2 Kerangka teori
         2.3 Kerangka konsep
         2.4 Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
         3.1 Jenis dan desain penelitian
         3.2 Tempat dan waktu penelitian
         3.3 Populasi dan sampel
         3.4 Rancangan penelitian
         3.5 Alat dan bahan
         3.6 Variabel penelitian
         3.7 Definisi operasional
         3.8 Pengolahan dan analisis data
         3.9 Prosedur penelitian
         3.10 Kelemahan penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
         5.1 Kesimpulan
         5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN